Senin, 31 Maret 2014

Deskripsikan Kembalinya Indonesia-ku ke Indonesia

Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. pada masa itu negara kita berjaya ketika pemimpinya bapak Ir. Soekarno. Indonesia merasakan kemerdekaan dengan sepenuh juang sang patriot pada kalangan remaja, yang bermodalkan bambu runcing yang bmana kalah armada persenjataan tempurnya oleh negara lain demi menmdapatkan kemerdekaan dan bisa dinikmati oleh negara kita, bangsa kita tanah air Indonesia.

Hantaran negara kita penuh budaya, flora, fauna yang sangat melimpah ruah, bagaikan taman syurga. Tapi semua itu mulai sirna ketika semua ladang sawah yang berhektar-hektar kita tanami pada tetapi hasilnya hanya menjadi pakan ternak dan kami makan beras import hasilm negara lain. Ketika masyarakat kami memelihara hewan ternak tak lakub terjual oleh masyarakat kita, mereka lebih menyukai hasil negara lain.  Semua kebutuhan yang lain yang mana seharusnya ada dan dimiliki oleh negara kita tetapi itu tidak tercapai. Syurga di negara kami belom cukup baik hasilnya untuk menghidupkan masyarakat Indonesia karna hasilnya kurang baik dan tak digemari oleh masyarakat kita sendiri lalu pemerinta meminta import.

Rasanya, kekeliruan kita yang uitama adalah mendapatkan demiokrasi sebagai tujuan, padahal itu hanya mengaejar cita-cita nasional. Akibatnya, politik kita jadikan panglima. Masih pula kita perlu pertanyakan kesesuaian sistem kenegaraan kita saat ini dengan falsafah pancasila. Pancasila sudah kita lupakan dan buang jauh-jauh dari kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Bagaimana tidak , setelah empat kali perubahan undang-undang dasar 1945, kita malah justru menafikkan golongan minoritas. Bila dahulu MPR masih memampang aspirasi kelompok minoritas dalam bentuk utusan golongan, sekarang hanya ada perwakilan rakyat yang dipilih mewakili partai dan mewakili daerah.

Dalam aspek persatuan, kita masih melihat adanya gangguan saparatisme didaerah. Aadapula kesenjangan antar daerah, golongan, serta antar pusat dan daerah. Gangguan terhadap kedaulatan wilayah kita masih terasa. Banyak instrusi yang dilakukian negara lain terfhadap wilayah perairan Indonesia dan perbatasan. Berkurangnya luas wilayah nasional akibat berpindahnya tapal batas wilayah kita di kalimantan dan serta pelanggaran udara dan laut RI.


Jadikan negara ini yang mana hasil bahan pangannya dari negeri sendiri, pakaian busananya, adat istiadatnya, dan cara berpakaiannya. Dan kita harus melindungi segenap tumpah darah Indonesia demi kebangkitan negara kita dan harum nama kejayaannya. Dan para aparat yang menjaga perbatasan harus tetap menganut membela negara indonesia. Jadikan negara ini berkembang.

Jumat, 28 Maret 2014

Deskripsi Pahlawan Nasional Ki Hajar Dewantara



Ki Hajar Dewantara adalah salah satu tokoh pendidikan nasional yang lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889. Terlahir dari keluarga bangsawan Yogyakarta, ia mempunyai nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat lalu berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara seperti yang kita kenal saat ini pada saat usianya 33 tahun.

Sebagai seorang yang lahir dari keluarga bangsawan, Ki Hajar Dewantara termasuk beruntung karena bisa mengenyam pendidikan pada masa itu. Ia menamakan sekolah dasar di ELS (Europeesche Lagere School) dan sempat melanjutkan pendidikannya di sekolah kedokteran STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) meskipun tidak sampai tamat lantaran sakit.

Suwardi muda bekerja sebagai penulis dan wartawan di berbagai surat kabar seperti Sediotomo. Pada tahun 1913, pemerintah kolonial Hindia Belanda berniat mengumpulkan uang sumbangan dari penduduk pribumi dalam rangka merayakan hari kemerdekaan Belanda dari Perancis. Hal tersebut langsung menimbulkan banyak kritikan pedas dari para kaum nasionalis, termasuk Suwardi. Ia lalu membuat tulisan berjudul "Als ik een Nederlander was" (Seandainya Aku Seorang Belanda) yang dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan Douwes Dekker. Akibat dari tulisannya ini, Suwardi yang saat itu berusia 24 tahun ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka. Keputusan sepihak pemerintah kolonial ini langsung mendapat protes dari dua sahabat Suwardi yaitu Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Akhirnya, Suwardi dan kedua rekannya yang kemudian dikenal sebagai Tiga Serangkai itu diasingkan ke Negeri Belanda. Sepulang dari pengasingan pada bulan September 1919, Suwardi yang saat itu berusia 33 tahun memilih untuk menghilangkan gelar kebangsawanan dari namanya dan berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara kemudian bergabung dengan sekolah untuk anak-anak pribumi yang dibina oleh saudaranya. Berbekal pengalaman mengajar tersebut, Ki Hajar Dewantara kemudian mendirikan Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta pada tanggal 3 Juli 1922.
Prinsip-prinsip ajaran Ki Hajar Dewantara yang menjadi pedoman di Taman Siswa antara lain:
1.    Ing ngarsa sung tuladha (yang di depan memberikan teladan).
2.    Ing madya mangun karsa (di tengah membangun semangat).
3.    Tut wuri Handayani (dari belakang memberi dukungan).

Pengabdian pada masa indonesia merdeka dalam kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi (posnya disebut sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan (dari universitas tertua Indonesia, Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959). Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959 dan dimakamkan di taman wijaya brata.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hadjar_Dewantara